Manusia dan Hakekatnya dalam Kebudayaan


Judul     : Manusia dan Hakekatnya dalam Kebudayaan

Tema    : Hakekat Manusia didalam Kebudayaan

Oleh     : Anugrah DS / 11314444 / 1TA02


           Manusia merupakan makhluk  tuhan yang diciptakan dengan sempurna. Mengapa dapat dikatakan demikian ? Tuhan menciptakan kita lengkap fisik maupun psikis/jiwa. Dalam hal fisik, tuhan menciptakan manusia seccara sempurna. Tangan digunakan untuk makan, berjabat tangan, dan saling bersapa dengan manusia lain. Kaki dapat digunakan manusia untuk melakukan aktifitas dan mengembangkan kemampuannya dalam sehari-hari. Mata, dapat digunakan manusia untuk melihat indahnya ciptaan tuhan. Serta bagian tubuh lain manusia. Tuhan menciptakan fisik manusia dengan inderanya. Penglihatan, penciuman, penglihatan, perabaan, serta perasa.  Hal ini bertujuan agar manusia dapat berhubungan dengan orang lain.

            Selain fisik yang dapat dikatakan sempurna, manusia juga memiliki sifat / jiwa yang bisa dikatakan sifat ini tidak dimiliki oleh makhluk tuhan lain,yaitu Akal. Dengan akal yang telah ditanamkan Tuhan pada jiwa kita, membuat kita dapat berfikir sebelum bertindak. Dengan adanya akal, menyebabkan kita dapat membedakan mana hal yang baik serta mana hal yang buruk. Selain itu, dengan adanya akal manusia dapat menciptakan hal-hal baru. Dengan hal baru tersebut manusia dapat bereksperimen dan mengembangkan bidang keilmuan di Dunia.  Dengan adanya akal manusia dapat memulai sebuah sosialisasi. Apakah kaitannya manusia dengan budaya itu sendiri ? 

        Dengan adanya akal manusia dapat bersosialisasi dengan manusia lain. Jika sebuah sosialisasi terbentuk, maka secara tidak langsung membuat manusia terikat dengan sosialisasi yang dilakukannya. Misalnya, ada sebuah kelompok mengaji di suatu tempat. Dalam suatu sosialisasi pengajian tersebut pastinya terdapat aturan yang mengikat dalam kelompok tersebut. Misalkan sang ustad berkata “Jika kita akan memulai belajar Al-Qur’an, pak ustad meminta kalian untuk berwudlu terlebih dahulu.”, kata pak Ustad.  Apa maksud perkataan sang ustad tersebut ? Maksud dari perkataan pak ustad tersebut adalah setiap santri wajib berwudlu sebelum memulai pengajian. Perkataan pak Ustad tersebut akan mengikat seluruh santri yang masuk kedalam kelompok mengaji tersebut. Aturan tersebut dibuat oleh manusia sendiri, dalam cerita ini “Pak Ustad”. Selain itu, aturan ini juga mengikat orang lain bahkan yang membuat aturan itu sendiri “Pak Ustad dan Santri”. Inilah yang dinamakan “hakekat budaya manusia”.

        Lalu, bagaimanakah hakekat budaya itu sendiri ?  Dalam cerita tersebut di atas kita dapat menyimpulkan bahwa aturan akan membawa kita kedalam sutu peraturan, yaitu peraturan pak ustad yang menganjurkan para santrina berwudu sebelum mulai membaca Al-Qur’an. Peraturan tersebut, kemudian membuat santri akan melakukan berulang-ulang kali. Secara tidak sadar, akan menimbulkan suatu “ budaya” . Jadi hakekat budaya bagi manusia maksudnya adalah budaya dibuat oleh manusia sendiri, namun budaya tersebut juga akan mengikat kehiduapn manusia sendiri.  Budaya sendiri bermacam-macam. Tidak hanya berbentuk suatu perilaku, namun juga dapat berbentuk secara tertulis. 

            Budaya sendiri merupakan sebuah konsep atau gagasan seorang manusia yang mengikat manusia itu sendiri.  Dalam kenyataan bermasyarakat budaya dan manusia sulit terpisah satu sama lain. Kebudayaan akan mengatur dan memberikan arah / mengarahkan kepada tindakan manusia. Kebudayaan yang dibuat manusia dalam suatu lingkungan akan membentuk lingkungan baru. Dengan adanya lingkungan baru, makin lama menyebabkan pola pikir manusia akan berubah.  Budaya sendiri dapat mengalami perubahan apabila ada unsur asing yang mulai masuk dalam suatu masyarakat. 

             Budaya sangat penting bagi setiap manusia. Budaya sendiri dapat dijadikan suatu “icon” bagi setiap pribadi manusia.  Jika kita memang orang “jawa” maka janganlah tinggalkan kebudayaan jawa yang mengajarkan kesopanan. Tidak hanya budaya jawa, budaya lain juga sangat penting. Mungkin sekarang adalah zaman globalisasi. Semua serba instan dan mudah. Kita memang boleh mengikuti trend masa kini, namun janganlah melepaskan karakter budaya yang sudah tertanam pada diri kita. Seleksilah budaya asing yang masuk dalam kehidupan kita, dan tetaplah “Think Globally, Act Locally”. Berpikirlah mendunia dengan tidak melupakan karakter dalam bertindak, yaitu BUDAYA..  Demikian pandangan saya terhadap hakekat manusia didalama kebudayaan. Semoga bermanfaat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tes Kesehatan UG

Pentingnya Ilmu Budaya Dasar

Cinta Kasih Menurut Sarlito W. Sarwono