Kaitan Ilmu Budaya Dasar dengan Prosa
Judul : Kaitan Ilmu Budaya Dasar dengan Prosa
Tema : Ilmu Budaya Dasar yang dihubungkan dengan Prosa
Oleh : Anugrah DS / 11314444 / 1TA02
Dengan mengkaitkan Prosa dan Budaya (Ilmu Budaya Dasar), kita dapat memperoleh manfaat (nilai) yang terkandung dalam budaya itu sendiri. Dengan kita memahami prosa, kita dapat mengambil nilai yang terkandung dalam sebuah budaya. Beberapa kaitan (nilai) antara budaya dan prosa antara lain kesenangan, informasi, warisan budaya, serta keseimbangan wawasan. Dalam pembahasan kali ini, saya akan memberikan gambaran melalui sebuah novel yang pernah saya baca dan akan dikaitkan kepada nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Ronggeng dukuh paruk bercerita dengan seorang tokoh utama yaitu srintil yang menjadi seorang ronggeng (penari). Walau memiliki masa kecil yang menyedihkan, namun dengan umurnya yang masih muda, Srintil diberikan bakat meronggeng jika dibandingkan dengan anak seusianya. Srintil sendiri hanya hidup dengan kakeknya yang bernama Sakarya. Kakeknya yang selalu mengikuti gerak gerik srintil dalam menyanyi menyatakan bahwa srintil sepertidirasuki oleh "Indang Ronggeng" (Roh nenek moyang Ronggeng ). Dalam kisah ini, Srintil disukai oleh para lelaki, salah satunya adalah rasus. Namun berbagai cara yang digunakan rasus tidak berhasil mendapatkan Srintil. Namun dalam kepercayaan dahulu, seorang ronggeng tidak diperkenalkan untuk menikah dengan seseorang. Ini dikarenakan orang dulu menganggap bahwa penari ronggeng bukan hanya milik seseorang. Namun milik bersama. Penari ronggeng adalah milik bersama yang ditugaskan untuk menghibur orang-orang disekelilingnya.
Dari gambaran cerita singkat tentang Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, kita dapat mengambil nilai-nilai budaya hingga saat ini. Ilmu Budaya yang kita ambil dari ronggeng Dukuh Paruk adalah sebuah Prosa Baru (fiksi) berbentuk novel. Nilai budaya yang dihubungkan dengan Prosa yang dapat kita ambil antara lain :
1. Kesenangan
Dalam hal ini, Novel Ronggeng Dukuh Paruk yang telah saya baca memberikan kesenangan bagi saya. Novel ini erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari seorang ronggeng. Selain itu, bahasa yang digunakan dalam Novel ini banyak menggunakan bahasa daerah, khususnya Bahasa Jawa "Ngoko" (kasar). Sehingga bagi saya yang merupakan orang jawa, nilai budaya, alur cerita, dan gambaran akan memberikan kesenangan tersendiri karena diambil dari bahasa sehari-hari.
2. Informasi
Banyak hal yang saya dapatkan tentang ronggeng didalam novel ini. Informasi yang diperoleh sangat bermanfaat dan dapat dirasakan hingga saat ini. salah satunya adalah nilai budaya ketika seorang ronggeng akan menari. Disitu saya mengetahui bagaimana seorang ronggeng di zaman dahulu melakukan ritual khusus sebelum mereka tampil.
3. Warisan Budaya
Sebenarnya tidak harus melalui sebuah prosa. Nilai budaya disini khususnya dalam hal praktek dapat langsung diturunkan secara turun temurun. Namun dengan adanya prosa, orang yang membaca akan mulai tersadar betapa pentingnya sebuah budaya masa lalu yang mungkin mulai terlupakan hingga saat ini.
4. Keseimbangan Wawasan
Dengan membaca sebuah prosa, secara tidak langsung kita akan mendapatkan keseimbangan wawasan. Apa maksudnya ? Dalam hal ini, mungkin kita hanya tahu bahwa seorang ronggeng (penari) hanya menghibur seseorang dengan gerakannya. Namun disisi lain, setelah membaca prosa khususnya Novel yang telah saya baca ini (Ronggeng Dukuh Paruk), kita mendapatkan keseimbangan wawasan tentunya tentang ronggeng. Keseimbangan wawasannya adalah kita menjadi lebih tahu bahwa pada zaman dahulu bahwa ronggeng tidak diperbolehkan untuk menikah. Namun di zaman saat ini, ronggeng bebas untuk menentukan apakah dirinya mau menikah atau tidak. Inilah nilai keseimbangan wawasan dari sebuah prosa.
Tema : Ilmu Budaya Dasar yang dihubungkan dengan Prosa
Oleh : Anugrah DS / 11314444 / 1TA02
Kita telah mengetahui bahwa ilmu budaya dasar adalah ilmu yang mempelajari suatu budaya (kebudayaan) dalam masyarakat. Budaya sendiri merupakan cipta “hasil” karya manusia. Budaya yang dibuat oleh manusia , mempunyai aturan yang terikat oleh manusia. Manusia yang menciptakan budaya, kemudian budaya yang mengatur hidup manusia. Dengan budaya, hidup manusia akan lebih terarah, sesuai dengan tingkah laku manusia sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Dengan budaya kita juga akan semakin mengetahui, menghargai, serta menghormati budaya milik orang lain.
Dengan cakupan ilmu budaya dasar yang luas, maka IBD dapat dihubungkan satu dengan lainnya. Salah satunya adalah IBD yang dihubungkan dengan prosa. Prosa sendiri merupakan sebuah karya sastra yang berbentuk cerita bebas ( dapat berupa naratif, fiksi) yang didalamnya memiliki tokoh (pemeran), peristiwa, serta alur. Dalam pembentukannya, prosa sendiri dapat berbentuk Prosa fiksi dan Prosa Non fiksi. Prosa fiksi ( prosa baru) pada umumnya berbentuk cerpen, novel, roman, serta biografi. Sedangkan Novel Non fiksi (prosa lama) dapat berupa dongeng, hikayat dan sejarah.
Dengan mengkaitkan Prosa dan Budaya (Ilmu Budaya Dasar), kita dapat memperoleh manfaat (nilai) yang terkandung dalam budaya itu sendiri. Dengan kita memahami prosa, kita dapat mengambil nilai yang terkandung dalam sebuah budaya. Beberapa kaitan (nilai) antara budaya dan prosa antara lain kesenangan, informasi, warisan budaya, serta keseimbangan wawasan. Dalam pembahasan kali ini, saya akan memberikan gambaran melalui sebuah novel yang pernah saya baca dan akan dikaitkan kepada nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Ronggeng dukuh paruk bercerita dengan seorang tokoh utama yaitu srintil yang menjadi seorang ronggeng (penari). Walau memiliki masa kecil yang menyedihkan, namun dengan umurnya yang masih muda, Srintil diberikan bakat meronggeng jika dibandingkan dengan anak seusianya. Srintil sendiri hanya hidup dengan kakeknya yang bernama Sakarya. Kakeknya yang selalu mengikuti gerak gerik srintil dalam menyanyi menyatakan bahwa srintil sepertidirasuki oleh "Indang Ronggeng" (Roh nenek moyang Ronggeng ). Dalam kisah ini, Srintil disukai oleh para lelaki, salah satunya adalah rasus. Namun berbagai cara yang digunakan rasus tidak berhasil mendapatkan Srintil. Namun dalam kepercayaan dahulu, seorang ronggeng tidak diperkenalkan untuk menikah dengan seseorang. Ini dikarenakan orang dulu menganggap bahwa penari ronggeng bukan hanya milik seseorang. Namun milik bersama. Penari ronggeng adalah milik bersama yang ditugaskan untuk menghibur orang-orang disekelilingnya.
Dari gambaran cerita singkat tentang Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, kita dapat mengambil nilai-nilai budaya hingga saat ini. Ilmu Budaya yang kita ambil dari ronggeng Dukuh Paruk adalah sebuah Prosa Baru (fiksi) berbentuk novel. Nilai budaya yang dihubungkan dengan Prosa yang dapat kita ambil antara lain :
1. Kesenangan
Dalam hal ini, Novel Ronggeng Dukuh Paruk yang telah saya baca memberikan kesenangan bagi saya. Novel ini erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari seorang ronggeng. Selain itu, bahasa yang digunakan dalam Novel ini banyak menggunakan bahasa daerah, khususnya Bahasa Jawa "Ngoko" (kasar). Sehingga bagi saya yang merupakan orang jawa, nilai budaya, alur cerita, dan gambaran akan memberikan kesenangan tersendiri karena diambil dari bahasa sehari-hari.
2. Informasi
Banyak hal yang saya dapatkan tentang ronggeng didalam novel ini. Informasi yang diperoleh sangat bermanfaat dan dapat dirasakan hingga saat ini. salah satunya adalah nilai budaya ketika seorang ronggeng akan menari. Disitu saya mengetahui bagaimana seorang ronggeng di zaman dahulu melakukan ritual khusus sebelum mereka tampil.
3. Warisan Budaya
Sebenarnya tidak harus melalui sebuah prosa. Nilai budaya disini khususnya dalam hal praktek dapat langsung diturunkan secara turun temurun. Namun dengan adanya prosa, orang yang membaca akan mulai tersadar betapa pentingnya sebuah budaya masa lalu yang mungkin mulai terlupakan hingga saat ini.
4. Keseimbangan Wawasan
Dengan membaca sebuah prosa, secara tidak langsung kita akan mendapatkan keseimbangan wawasan. Apa maksudnya ? Dalam hal ini, mungkin kita hanya tahu bahwa seorang ronggeng (penari) hanya menghibur seseorang dengan gerakannya. Namun disisi lain, setelah membaca prosa khususnya Novel yang telah saya baca ini (Ronggeng Dukuh Paruk), kita mendapatkan keseimbangan wawasan tentunya tentang ronggeng. Keseimbangan wawasannya adalah kita menjadi lebih tahu bahwa pada zaman dahulu bahwa ronggeng tidak diperbolehkan untuk menikah. Namun di zaman saat ini, ronggeng bebas untuk menentukan apakah dirinya mau menikah atau tidak. Inilah nilai keseimbangan wawasan dari sebuah prosa.
Komentar
Posting Komentar